MAMUJU – Suasana di Kantor Wakil Gubernur Sulawesi Barat terasa lebih panas dari biasanya. Wakil Gubernur Salim S Mengga menunjukkan sikap tegas, bahkan emosional, saat bicara soal nasib 28 ASN yang dimutasi buntut dugaan perjalanan dinas fiktif di DPRD Sulbar.
Mutasi ini bukan sekadar rotasi jabatan. Ini adalah langkah pembinaan yang diambil pemerintah menyusul penyelidikan Ditkrimsus Polda Sulbar terhadap dugaan manipulasi perjalanan dinas tahun anggaran 2023.
Salim tak bisa menyembunyikan kekesalannya ketika mendapat pertanyaan dari publik: kenapa hanya staf yang dimutasi? Kenapa pejabat yang diduga terlibat belum tersentuh?
“Sebentar lagi,” jawabnya pelan, namun penuh tekanan. Kalimat pendek itu terasa seperti peringatan—bahwa badai belum selesai.
Ia juga menceritakan bahwa beberapa ASN yang dimutasi datang langsung padanya, berharap ada jalan keluar. Tapi Salim memilih untuk jujur, meski terdengar pedas.
“Dia tanya, kenapa dimutasi? Saya bilang, jangan tanya saya. Tanyakan pada bosmu yang ajak kau ikut perjalanan fiktif. Itu yang bertanggung jawab,” ucapnya, dengan nada tajam tapi juga seperti menahan kecewa.
Bagi Salim, ini bukan sekadar soal jabatan. Ini soal tanggung jawab. Ia ingin memberi pelajaran bahwa siapa pun yang salah, harus berani menanggung akibatnya.
“Saya di sini karena kau melanggar. Saya ambil tindakan. Tapi yang membuatmu melanggar, harusnya juga berani berdiri di depan. Kau datang ke dia, bukan ke saya,” pungkasnya.
Tak ada kemarahan yang meledak-ledak, hanya kekecewaan mendalam dari seorang pemimpin yang ingin jajarannya bersih.
