PROBOLINGGO – Para petani di Dusun Rabunan, RT 06, Desa Batur, Kecamatan Gading, kini hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Aksi pencurian buah kopi semakin merajalela seiring melonjaknya harga komoditas tersebut di pasaran. Ironisnya, para pelaku tak lagi memilih waktu, bahkan nekat menyisir kebun yang jauh dari permukiman, terutama yang tak dijaga pemiliknya.
“Buah kopi yang belum matang pun ikut diangkut. Satu per empat kebun saya habis dibabat pencuri,” keluh Sholehuddin, yang akrab disapa Pak Sit, salah satu petani korban. Ia menyebutkan mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.
Sholehuddin mengaku, niat memanen kopi yang telah siap pada Jumat pagi (6/6/25) berubah menjadi kekecewaan mendalam. “Begitu sampai di kebun, buah kopi yang seharusnya saya panen sudah hilang. Dicurinya semalam, pasti,” ujarnya geram.
Ketua RT 06, Ariman, membenarkan bahwa kasus pencurian kopi ini bukan insiden tunggal. “Hampir semua warga di sini pernah kehilangan hasil panennya. Ini sudah sangat meresahkan,” tegasnya.
Peningkatan harga kopi ternyata menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, petani semestinya bersyukur atas harga jual yang menguntungkan. Namun di sisi lain, tingginya nilai jual justru mengundang aksi kriminal.
Petani kini terpaksa berjaga ekstra, terutama saat malam atau saat hujan turun saat-saat rawan aksi pencurian. Lebih parahnya lagi, pelaku jarang tertangkap karena beraksi dengan cermat di lokasi yang minim pengawasan.
“Bagi pencuri, mencuri satu karung pun sudah untung besar. Tapi bagi kami, satu karung itu hasil kerja berbulan-bulan,” ungkap warga lainnya yang enggan disebutkan namanya.
Sayangnya, penanganan aparat terhadap maraknya kasus ini dinilai lamban. Masyarakat dan media mendesak pemerintah desa serta aparat penegak hukum (APH) bertindak tegas dan menjatuhkan sanksi kepada pelaku yang telah merugikan dan meresahkan warga Dusun Rabunan.