KesehatanGaya Hidup dan KecantikanTips & Edukasi

Waspadai Hipertensi: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Ginjal

portal-indonesia.net
×

Waspadai Hipertensi: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Ginjal

Sebarkan artikel ini
Hipertensi
Ilustrasi (portal-indonesia.com)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering kali dijuluki sebagai “silent killer” karena gejalanya yang nyaris tak terasa. Banyak orang hidup bertahun-tahun dengan tekanan darah tinggi tanpa menyadari bahaya yang mengintai. Salah satu dampak serius yang jarang diketahui adalah kerusakan ginjal secara perlahan, yang dapat berujung pada gagal ginjal kronis jika tidak ditangani dengan tepat.

Hubungan Hipertensi dan Kesehatan Ginjal

Menurut dr. Dasaad Mulijono, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Bethsaida Hospital, memahami kaitan antara hipertensi dan kerusakan ginjal harus dimulai dari sistem peredaran darah. Seluruh organ dalam tubuh, termasuk ginjal, sangat bergantung pada kelancaran aliran darah melalui pembuluh darah.

Ketika tekanan darah terus-menerus tinggi, pembuluh darah yang menuju ginjal dapat mengalami kerusakan. Salah satu dampak utama adalah terganggunya fungsi glomerulus, yaitu unit penyaring halus dalam ginjal. Jika glomerulus terganggu, maka zat-zat penting seperti protein bisa ikut terbuang melalui urine, padahal seharusnya tidak demikian.

Dalam jangka panjang, kondisi ini menyebabkan kemampuan ginjal untuk menyaring racun dan limbah dari darah menjadi terganggu. Akibatnya, pasien berisiko tinggi mengalami penurunan fungsi ginjal secara permanen, bahkan sampai pada tahap gagal ginjal terminal yang memerlukan cuci darah secara rutin.

Gejala Sering Terabaikan

Ironisnya, banyak pasien baru menyadari bahwa fungsi ginjalnya terganggu saat kondisinya sudah cukup parah. Gejala penurunan fungsi ginjal seperti kelelahan, pembengkakan kaki, atau gangguan buang air kecil kerap dianggap sebagai hal biasa atau dikaitkan dengan faktor lain.

Padahal, jika tekanan darah tinggi terdeteksi lebih awal dan ditangani secara menyeluruh, banyak kasus kerusakan ginjal bisa dicegah. Sayangnya, tidak sedikit penderita hipertensi yang hanya bergantung pada obat tanpa memperhatikan perubahan gaya hidup secara menyeluruh.

Baca Juga:
Cara Sehat Berbuka Puasa Tanpa Lonjakan Gula Darah

Peran Pola Makan dalam Perlindungan Ginjal

Dr. Dasaad menegaskan bahwa pengobatan hipertensi harus dibarengi dengan modifikasi gaya hidup, khususnya pola makan. Mengurangi konsumsi garam memang langkah penting, namun tidak cukup bila tidak dibarengi dengan penyesuaian asupan protein, terutama protein hewani.

Dalam praktiknya, ia pernah menangani pasien hipertensi yang kadar kreatininnya tetap meningkat walau sudah rutin minum obat dan mengurangi garam. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata pasien masih mengonsumsi daging merah, ayam, dan ikan dalam jumlah berlebihan.

Konsumsi tinggi protein hewani terbukti dapat meningkatkan beban kerja ginjal. Hal ini disebabkan oleh senyawa bernama TMAO (trimetilamina N-oksida) yang dihasilkan dari metabolisme protein hewan oleh bakteri usus. Zat ini dapat memicu peradangan dalam tubuh dan mempercepat kerusakan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah ginjal.

TMAO dan Risiko Kerusakan Organ

TMAO semakin menjadi perhatian dalam dunia medis karena dikaitkan dengan berbagai gangguan kesehatan, termasuk penyakit jantung, stroke, dan gangguan fungsi ginjal. Sumber utama senyawa ini berasal dari daging merah, ikan laut, dan telur yang dikonsumsi berlebihan. Meski telur kerap dianggap sebagai sumber protein sehat, namun pada kondisi ginjal yang sudah melemah, konsumsinya tetap perlu dikendalikan.

Untuk mengurangi risiko ini, masyarakat disarankan mengurangi konsumsi protein hewani dan mulai beralih pada protein nabati. Makanan seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan mengandung protein yang cukup tinggi namun tidak menghasilkan TMAO yang berbahaya bagi ginjal.

Diet Nabati: Alternatif Ramah Ginjal

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola makan berbasis nabati yang dirancang secara tepat mampu memperbaiki fungsi ginjal, terutama pada pasien hipertensi atau penyakit ginjal kronis tahap awal. Dengan mengatur asupan protein nabati secara seimbang, beban kerja ginjal dapat ditekan, sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut.

Baca Juga:
5 Kebiasaan yang Perlu Dihindari agar Terhindar dari Nyeri Akibat Asam Urat

Dr. Dasaad menyebutkan bahwa pasien yang menjalani diet nabati dengan pengawasan medis sering kali mengalami penurunan kadar kreatinin dalam darah serta perbaikan pada hasil tes fungsi ginjal. Ini menunjukkan bahwa perubahan pola makan bukan sekadar pelengkap, tetapi bagian integral dari strategi pengelolaan hipertensi yang komprehensif.

Pencegahan Lebih Baik daripada Pengobatan

Kunci utama dalam mencegah kerusakan ginjal akibat hipertensi adalah deteksi dini dan penanganan menyeluruh. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan konsultasi dengan tenaga medis sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ginjal atau tekanan darah tinggi.

Langkah-langkah sederhana seperti mengurangi konsumsi makanan olahan tinggi garam, berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, berolahraga teratur, serta memperhatikan komposisi makanan sehari-hari bisa membawa dampak besar dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Hipertensi bukan sekadar gangguan tekanan darah, melainkan ancaman serius bagi berbagai organ vital, termasuk ginjal. Kerusakan ginjal akibat tekanan darah tinggi sering kali terjadi secara perlahan dan tanpa gejala mencolok. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk lebih sadar akan risiko ini dan mengambil langkah preventif sedini mungkin.

Dengan penanganan yang tepat melalui kombinasi obat, pola makan sehat, dan gaya hidup aktif, risiko kerusakan ginjal dapat diminimalkan secara signifikan. Masyarakat perlu diedukasi bahwa menjaga tekanan darah tetap stabil bukan hanya untuk menghindari serangan jantung atau stroke, tapi juga demi melindungi fungsi ginjal agar tetap optimal sepanjang hidup.