Belakangan ini, media sosial ramai memperbincangkan klaim bahwa minum sambil berdiri dapat merusak ginjal. Banyak unggahan viral menyebutkan bahwa posisi tubuh saat minum air dapat memengaruhi kerja organ tubuh, terutama ginjal. Dalam beberapa video, warganet bahkan memperingatkan agar tidak lagi minum air sambil berdiri karena dianggap bisa membuat ginjal bekerja lebih berat.
Meski terdengar masuk akal bagi sebagian orang, klaim ini sebenarnya tidak memiliki dasar medis yang kuat. Menurut sejumlah pakar kesehatan, hubungan antara posisi tubuh dan fungsi ginjal tidak berkaitan langsung. Untuk memahami duduk perkaranya, kita perlu melihat bagaimana tubuh memproses air yang kita minum dan apa saja risiko yang sebenarnya mungkin terjadi.
Penjelasan Medis tentang Proses Tubuh Saat Minum Air
Tubuh manusia terdiri dari sekitar 60–70 persen air. Cairan ini memiliki peran vital dalam menjaga suhu tubuh, melancarkan peredaran darah, dan membantu proses pembuangan racun melalui ginjal serta keringat. Setiap kali kita minum air, cairan tersebut akan melalui proses yang teratur:
-
Air masuk ke mulut, kemudian mengalir melalui kerongkongan menuju lambung.
-
Dari lambung, air diserap oleh usus halus, kemudian masuk ke peredaran darah.
-
Ginjal berperan sebagai penyaring, memastikan kelebihan air dan zat sisa dikeluarkan lewat urin.
Seluruh proses ini berjalan otomatis dan tidak bergantung pada posisi tubuh, apakah seseorang sedang duduk, berdiri, atau bahkan berbaring. Jadi, dari sisi fisiologis, minum sambil berdiri tidak menyebabkan ginjal bekerja lebih berat.
Tanggapan Dokter Spesialis, Mitos atau Fakta?
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Tunggul Situmorang, menegaskan bahwa klaim tersebut tidak benar. Dalam wawancara dengan media nasional, ia menyebut bahwa tidak ada kaitan antara posisi tubuh saat minum dan kerja ginjal.
“Saya kira itu hoaks. Hubungannya apa? Minum berdiri dan duduk sama saja,” ujar dr. Tunggul.
Namun, ia menambahkan bahwa minum air sambil duduk tetap lebih dianjurkan, bukan karena alasan ginjal, melainkan untuk menghindari risiko lain, seperti tersedak atau asfiksia — kondisi ketika air masuk ke saluran pernapasan yang salah.
Apa Itu Asfiksia dan Mengapa Bisa Terjadi Saat Minum Berdiri?
Asfiksia adalah kondisi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen karena terganggunya proses pernapasan. Dalam kasus tertentu, hal ini bisa terjadi ketika seseorang minum sambil berdiri atau dalam posisi tergesa-gesa. Air bisa saja masuk ke saluran pernapasan (bukan kerongkongan) sehingga memicu refleks batuk hebat, bahkan tersedak.
Menurut laman medis WebMD, asfiksia bisa menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran, dan pada kondisi ekstrem, berpotensi mengancam jiwa. Meski kasus akibat minum air jarang sekali terjadi, risiko ini meningkat jika seseorang:
-
Minum terlalu cepat.
-
Dalam posisi tidak stabil atau sedang berbicara saat minum.
-
Memiliki gangguan koordinasi antara menelan dan bernapas.
Jadi, minum sambil berdiri tidak merusak ginjal, tetapi dapat meningkatkan risiko tersedak atau asfiksia jika dilakukan secara tidak hati-hati.
Mengapa Banyak Orang Percaya Mitos Ini?
Mitos kesehatan sering kali menyebar karena dua hal: kurangnya pemahaman ilmiah dan kekuatan media sosial. Ketika seseorang membagikan informasi tanpa memverifikasi sumbernya, pesan itu cepat menyebar dan diterima sebagai “fakta”.
Selain itu, kebiasaan budaya juga turut berperan. Dalam beberapa tradisi Timur, termasuk di Indonesia, minum sambil berdiri dianggap tidak sopan atau tidak baik untuk tubuh. Keyakinan ini kemudian diwariskan dari generasi ke generasi tanpa penjelasan ilmiah yang pasti.
Padahal, ilmu kedokteran modern tidak menemukan bukti ilmiah bahwa posisi tubuh memengaruhi fungsi ginjal secara signifikan.
Pandangan Ilmiah, Bagaimana Ginjal Bekerja Sebenarnya
Ginjal merupakan organ vital yang berfungsi menyaring darah dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. Setiap hari, ginjal memproses sekitar 150 liter darah dan menghasilkan 1–2 liter urin. Proses ini dikendalikan oleh sistem tubuh yang kompleks dan tidak bergantung pada posisi tubuh ketika seseorang minum.
Faktor yang benar-benar memengaruhi kesehatan ginjal antara lain:
-
Asupan cairan yang cukup, tidak kurang dan tidak berlebihan.
-
Kadar gula darah dan tekanan darah yang terkontrol.
-
Pola makan rendah garam dan tinggi serat.
-
Kebiasaan tidak menahan kencing terlalu lama.
Jadi, bukan posisi tubuh yang berperan, melainkan kualitas gaya hidup dan pola hidrasi seseorang.
Risiko Lain dari Minum Sambil Berdiri
Meskipun tidak berdampak langsung pada ginjal, minum sambil berdiri tetap memiliki beberapa risiko kecil yang patut diwaspadai:
1. Risiko Tersedak
Saat seseorang berdiri dan minum dengan cepat, koordinasi antara menelan dan bernapas bisa terganggu. Hal ini menyebabkan air masuk ke saluran yang salah, memicu refleks batuk atau tersedak.
2. Gangguan Pencernaan Ringan
Beberapa orang mungkin merasakan perut terasa tidak nyaman setelah minum sambil berdiri. Ini bisa terjadi karena air masuk terlalu cepat ke lambung, membuat gas terperangkap dan menyebabkan rasa kembung.
3. Kurangnya Relaksasi
Ketika minum sambil duduk, tubuh lebih rileks, dan sistem saraf parasimpatis (yang mengatur pencernaan) bekerja lebih baik. Sebaliknya, berdiri atau bergerak cepat membuat tubuh berada dalam kondisi “siaga”, sehingga proses pencernaan sedikit terhambat.
Cara Minum yang Benar Menurut Ahli Kesehatan
Para dokter dan ahli gizi menyarankan beberapa hal sederhana agar kebiasaan minum air menjadi lebih sehat dan efektif:
-
Minum secara perlahan.
Jangan meneguk sekaligus dalam jumlah besar. Beri waktu beberapa detik antara tegukan. -
Gunakan posisi duduk.
Posisi ini membantu air mengalir dengan stabil ke sistem pencernaan. -
Gunakan suhu air yang sesuai.
Air putih suhu ruang lebih baik untuk tubuh dibanding air yang terlalu dingin. -
Perhatikan waktu minum.
Disarankan untuk minum air setelah bangun tidur, sebelum makan, dan setelah beraktivitas berat. -
Hindari minum tergesa-gesa saat berolahraga.
Ketika tubuh sedang aktif, refleks menelan dan pernapasan bisa tidak seimbang, sehingga risiko tersedak meningkat.
Berapa Banyak Air yang Harus Diminum Setiap Hari?
Kebutuhan cairan setiap orang berbeda, tergantung usia, aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan. Namun, aturan umum dari Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa orang dewasa disarankan minum sekitar 2 liter air per hari atau setara dengan 8 gelas ukuran sedang.
Namun, bukan berarti Anda harus terpaku pada angka itu. Cobalah mengenali tanda-tanda tubuh kekurangan cairan:
-
Urin berwarna kuning pekat.
-
Bibir kering.
-
Kepala terasa ringan atau pusing.
-
Mudah lelah dan sulit konsentrasi.
Minumlah air secara rutin sepanjang hari, bukan sekaligus dalam jumlah banyak. Cara ini membantu ginjal bekerja lebih efisien tanpa beban berlebih.
Penjelasan dari Perspektif Psikologis dan Kebiasaan Sosial
Menariknya, kebiasaan duduk saat minum juga memiliki efek psikologis positif. Saat seseorang meluangkan waktu sejenak untuk duduk dan minum, otak mendapatkan sinyal istirahat singkat yang membantu mengurangi stres.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, kebanyakan orang minum air hanya sebagai rutinitas tanpa kesadaran penuh. Padahal, kebiasaan kecil seperti menikmati air dengan tenang dan duduk sejenak bisa membantu menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran.
Membedakan Mitos dan Fakta Kesehatan di Era Digital
Salah satu pelajaran penting dari isu “minum sambil berdiri” adalah pentingnya bersikap kritis terhadap informasi kesehatan. Di era digital, siapa pun bisa menyebarkan pesan tanpa sumber ilmiah yang jelas. Agar tidak salah kaprah, lakukan hal berikut:
-
Periksa sumber informasi. Pastikan berasal dari lembaga kesehatan resmi atau dokter.
-
Jangan hanya percaya pada testimoni warganet. Pengalaman pribadi tidak selalu relevan bagi semua orang.
-
Gunakan logika sederhana. Tanyakan: apakah masuk akal secara medis?
-
Konsultasikan ke dokter. Jika ragu, selalu lebih baik menanyakan langsung ke tenaga medis.
Dengan langkah-langkah ini, kita bisa menjadi masyarakat yang lebih sadar informasi dan tidak mudah termakan hoaks kesehatan.
Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan medis, minum sambil berdiri tidak menyebabkan kerusakan ginjal. Klaim tersebut merupakan mitos yang tidak memiliki dasar ilmiah. Namun demikian, minum air dalam posisi duduk tetap lebih dianjurkan, karena memberi waktu bagi tubuh untuk menerima cairan secara perlahan dan mengurangi risiko tersedak.
Yang jauh lebih penting dari posisi minum adalah:
-
Pastikan tubuh mendapat cukup cairan.
-
Hindari kebiasaan menahan haus terlalu lama.
-
Pilih air putih sebagai sumber utama hidrasi.
-
Hindari minuman manis berlebihan yang bisa membebani ginjal dalam jangka panjang.
Dengan memahami fakta medis di balik mitos yang beredar, kita bisa menjaga kesehatan dengan cara yang benar, bukan sekadar mengikuti tren atau kabar viral.