Berita

Supermoon Terbesar 2025 Muncul di Langit Indonesia

Redaksi
×

Supermoon Terbesar 2025 Muncul di Langit Indonesia

Sebarkan artikel ini

PORTAL INDONESIA — Fenomena langit spektakuler kembali akan menghiasi malam Indonesia. Pada Rabu, 5 November 2025, masyarakat di seluruh wilayah Tanah Air berkesempatan menyaksikan Supermoon terbesar tahun ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut peristiwa ini sebagai fenomena bulan purnama paling besar dan paling terang sepanjang 2025.

Supermoon kali ini diperkirakan mulai terlihat jelas sejak pukul 20.19 WIB, ketika Bulan berada tepat pada posisi terdekatnya dari Bumi atau dikenal sebagai perigee. Pemandangan langka ini dapat dinikmati tanpa alat bantu apa pun, selama langit tidak tertutup awan tebal.

Apa Itu Supermoon?

Secara ilmiah, Supermoon adalah peristiwa ketika bulan mencapai fase purnama bersamaan dengan posisinya yang paling dekat dengan Bumi. Dalam kondisi normal, jarak Bumi ke Bulan sekitar 384.400 kilometer. Namun, saat Supermoon terjadi, jarak tersebut menyusut hingga sekitar 356.980 kilometer.

Akibat kedekatan tersebut, ukuran bulan di langit malam tampak sekitar 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibanding purnama biasa. Meskipun perbedaan ukuran itu sulit diukur dengan mata telanjang, cahayanya yang lebih kuat biasanya terasa jelas—bahkan mampu menimbulkan bayangan samar di permukaan tanah, seperti dijelaskan oleh Thomas Djamaluddin, peneliti utama Pusat Riset Antariksa BRIN.

“Supermoon kali ini cukup istimewa karena intensitas cahayanya mampu menghasilkan bayangan samar di permukaan tanah. Ini jarang terjadi pada purnama biasa,” ujar Thomas Djamaluddin.

Fenomena Langit Langka yang Jarang Terjadi

Fenomena Supermoon memang tidak selalu terjadi setiap bulan purnama. Dalam setahun, biasanya hanya ada tiga hingga empat kali Supermoon. Namun, Supermoon bulan November 2025 ini disebut sebagai yang paling besar dan paling terang di sepanjang tahun, karena posisi perigeenya paling dekat dibandingkan Supermoon lainnya pada 2025.

Baca Juga:
Tragis! Sopir Truk Ditemukan Tak Bernyawa di Area Pabrik Kelapa Sawit Musi Rawas

Menurut BMKG, momen ini menjadi kesempatan terbaik bagi masyarakat untuk menikmati keindahan alam semesta tanpa teleskop atau peralatan astronomi. Bahkan, masyarakat di daerah perkotaan masih dapat melihat Supermoon dengan jelas, asalkan cuaca cerah dan polusi cahaya tidak terlalu tinggi.

Supermoon dan Warna Keemasan di Langit Malam

Supermoon bulan November kali ini juga mendapat julukan “Supermoon Emas” karena tampilan warnanya yang keemasan saat terbit di cakrawala timur. Warna indah ini bukan karena Bulan berubah warna, melainkan karena fenomena pembiasan cahaya di atmosfer Bumi.

Ketika Bulan masih rendah di langit, atmosfer Bumi menyaring cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti biru dan hijau. Hasilnya, hanya warna merah, jingga, dan kuning yang mendominasi cahaya Bulan. Proses ini mirip dengan fenomena matahari terbit atau terbenam yang berwarna jingga kemerahan.

Bertepatan dengan Beaver Moon

Selain disebut Supermoon Emas, fenomena langit 5 November 2025 ini juga bertepatan dengan Beaver Moon, istilah tradisional dari masyarakat Pribumi Amerika Utara. Nama ini digunakan untuk menyebut bulan purnama yang muncul pada awal November, saat para pemburu berang-berang menyiapkan perangkap menjelang musim dingin.

Tradisi penamaan ini sudah berlangsung ratusan tahun dan kini digunakan secara internasional oleh para astronom untuk menandai periode purnama tertentu sepanjang tahun, seperti Wolf Moon (Januari), Strawberry Moon (Juni), dan Harvest Moon (September).

Mengapa Supermoon Bisa Terjadi?

Untuk memahami fenomena ini, kita perlu menengok orbit Bulan yang tidak berbentuk lingkaran sempurna, melainkan elips. Akibat bentuk elips ini, jarak Bulan terhadap Bumi selalu berubah—kadang mendekat (perigee), kadang menjauh (apogee).

Ketika fase purnama bertepatan dengan posisi perigee, maka cahaya Bulan tampak jauh lebih terang dari biasanya. Sebaliknya, jika purnama terjadi saat Bulan berada di apogee, maka ukuran dan cahayanya terlihat lebih kecil—fenomena ini dikenal dengan istilah Micromoon.

Baca Juga:
Khofifah Sampaikan Duka dan Apresiasi kepada Semua Pihak atas Penanganan Tragedi Musala Al Khoziny di Hari Jadi ke-80 Jatim

Supermoon dan Dampaknya terhadap Alam

Fenomena Supermoon tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi alam di Bumi. Daya tarik gravitasi Bulan yang lebih kuat dapat menyebabkan pasang laut lebih tinggi dari biasanya, terutama di wilayah pesisir.

Meski begitu, BMKG menegaskan bahwa efek pasang akibat Supermoon tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Meskipun air laut bisa naik sedikit lebih tinggi, tidak sampai menimbulkan bencana atau tsunami.

“Fenomena ini bersifat alami dan tidak berbahaya. Masyarakat pesisir hanya perlu mewaspadai kemungkinan pasang air laut lebih tinggi dari normal,” jelas BMKG dalam keterangannya.

Tips Menyaksikan Supermoon dengan Jelas

Bagi Anda yang ingin menikmati keindahan Supermoon terbesar tahun ini, berikut beberapa tips sederhana agar pengalaman mengamati langit malam menjadi lebih maksimal:

  1. Cari lokasi terbuka dan minim cahaya buatan
    Pilih tempat jauh dari lampu kota, seperti pantai, pegunungan, atau lapangan terbuka.
  2. Datang lebih awal sebelum puncak fenomena
    Supermoon paling indah saat baru terbit, sekitar pukul 18.30–20.30 WIB, ketika warnanya masih keemasan.
  3. Gunakan tripod dan kamera ponsel mode malam
    Agar hasil foto tidak buram dan detail bulan tampak lebih jelas.
  4. Pantau prakiraan cuaca BMKG
    Pastikan langit cerah tanpa awan tebal untuk pengamatan maksimal.
  5. Ajak keluarga dan anak-anak
    Momen langka seperti ini dapat menjadi sarana edukatif untuk mengenalkan astronomi sejak dini.

Supermoon dalam Perspektif Budaya dan Spiritualitas

Selain memiliki sisi ilmiah, fenomena Supermoon juga sering dikaitkan dengan kepercayaan budaya dan spiritual di berbagai belahan dunia.
Dalam beberapa budaya Timur, misalnya di Tiongkok, purnama sering dianggap sebagai simbol kesempurnaan dan kebersamaan keluarga.

Sementara dalam budaya Barat, Supermoon kerap dikaitkan dengan momen introspeksi diri dan energi positif karena cahaya Bulan diyakini mampu memperkuat hubungan emosional manusia dengan alam.

Baca Juga:
Masyarakat Yogyakarta Diimbau Waspada Potensi Cuaca Ekstrem pada 29-31 Januari 2025

Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung kepercayaan tersebut, tidak dapat disangkal bahwa keindahan Supermoon memang memiliki daya tarik emosional tersendiri—membangkitkan rasa kagum dan refleksi akan kebesaran alam semesta.

Supermoon dan Penelitian Ilmiah

Bagi ilmuwan, Supermoon bukan hanya fenomena indah, tetapi juga momen penting untuk penelitian ilmiah. Saat Bulan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi, para peneliti dapat:

  • Mengukur perubahan medan gravitasi lokal,
  • Memantau efek pasang laut ekstrem,
  • Menganalisis pantulan cahaya dari permukaan Bulan untuk mempelajari struktur geologinya.

Lembaga seperti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) dan observatorium astronomi di berbagai negara biasanya memanfaatkan momen Supermoon untuk mengumpulkan data tambahan guna memahami dinamika orbit Bulan dan interaksi gravitasi antar benda langit.

Supermoon dalam Perspektif Historis

Fenomena ini bukan hal baru. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Supermoon telah diamati sejak zaman kuno, bahkan sebelum istilah modern ini diperkenalkan.

Istilah Supermoon sendiri pertama kali digunakan oleh Richard Nolle, seorang astrolog asal Amerika Serikat, pada tahun 1979. Ia mendefinisikan Supermoon sebagai bulan purnama yang berada dalam 90% jarak terdekat dari Bumi. Sejak saat itu, istilah ini menjadi populer, digunakan luas oleh astronom amatir maupun lembaga resmi.

Menariknya, catatan astronomi menunjukkan bahwa Supermoon serupa pernah terjadi pada 14 November 2016, yang disebut sebagai Supermoon terbesar dalam 70 tahun terakhir, dengan jarak hanya sekitar 356.509 kilometer dari Bumi.

Supermoon November 2025: Momen Langka yang Sayang Dilewatkan

BMKG menegaskan, masyarakat tidak memerlukan teleskop atau alat khusus untuk menikmati keindahan Supermoon. Selama cuaca cerah, fenomena ini bisa disaksikan dengan mata telanjang dari seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke.

“Fenomena ini aman untuk diamati, dan kami berharap masyarakat bisa menikmati keindahan alam ini bersama keluarga,” ujar BMKG dalam rilis resminya.

Supermoon terbesar tahun ini juga diperkirakan akan memberikan pemandangan paling memukau di daerah pesisir dan dataran tinggi, di mana gangguan cahaya buatan lebih sedikit.

Baca Juga:
Prakiraan Cuaca DIY Hari Ini, Senin 13 Januari 2025

Kesimpulan: Keindahan Alam yang Mengingatkan Kita untuk Bersyukur

Fenomena Supermoon 5 November 2025 bukan sekadar tontonan langit yang menakjubkan, tetapi juga pengingat akan keteraturan dan keindahan alam semesta. Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan modern, momen ini menjadi kesempatan bagi kita untuk berhenti sejenak, memandang langit, dan merasakan betapa kecilnya manusia di hadapan ciptaan Tuhan yang maha luas.

Jadi, siapkan kamera Anda, ajak keluarga, dan nikmati Supermoon terbesar 2025 malam ini karena momen seperti ini mungkin baru akan kembali terjadi bertahun-tahun kemudian.