MAMUJU – Gerakan Vendetta Sulawesi Barat menyampaikan kecaman keras terhadap pernyataan Wakil Ketua DPRD Mamuju, Alfais Muhammad, yang menyebut bahwa pelajar Karampuang “tidak memahami sistem yang berlaku di DPRD.” Pernyataan tersebut dimuat dalam media online RelasiPublik.id pada 4 Juli 2025.
“Kami dari Gerakan Vendetta Sulawesi Barat menyatakan keberatan keras atas pernyataan tersebut,” tegas Rozy, Ketua Gerakan Vendetta, dalam keterangan tertulis pada Sabtu (5/7/2025).
Menurut Rozy, pernyataan Alfais Muhammad tidak hanya merendahkan perjuangan masyarakat Karampuang, tetapi juga menunjukkan sikap arogan dan anti-kritik dari seorang pejabat publik.
“Pernyataan itu tidak hanya merendahkan perjuangan para pelajar dan masyarakat Karampuang yang selama ini hanya menuntut hak dasarnya atas akses pendidikan yang layak, tetapi juga melecehkan akal sehat publik dan menunjukkan sikap anti-kritik serta kecenderungan elitis dari seorang pejabat publik yang seharusnya hadir sebagai penyambung lidah rakyat,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa aksi demonstrasi yang telah dilakukan sebanyak empat kali bukan karena ketidaktahuan soal sistem, melainkan karena ketiadaan solusi nyata dari DPRD.
“Justru karena memahami sistemlah kita datang menyampaikan aspirasi secara terbuka dan konstitusional. Sikap kritis rakyat tidak boleh dijawab dengan pengalihan isu atau perendahan martabat,” lanjut Rozy.
Gerakan Vendetta menilai DPRD Mamuju telah gagal merespons tuntutan pelajar Karampuang yang menuntut akses transportasi pendidikan berupa kapal dan bus sekolah, yang hingga kini belum direalisasikan.
“Aksi-aksi demonstrasi yang telah dilakukan sebanyak empat kali berturut-turut bukanlah lahir karena ketidaktahuan terhadap sistem, melainkan karena ketidakpastian dan ketidakjelasan sikap dari DPRD Mamuju dalam menyikapi tuntutan riil pelajar. Hingga saat ini, akses transportasi pendidikan berupa kapal dan bus sekolah yang dijanjikan, belum memiliki kejelasan nyata dan hanya sebatas wacana sebagai lipstik politik,” tegasnya.
Rozy juga menyayangkan absennya para legislator saat massa aksi datang menyuarakan langsung aspirasinya di kantor DPRD Mamuju.
“Ironisnya, mereka yang mengaku paling memahami sistem itu hanya berani tampil membangun citra di media, sementara di saat massa aksi datang menyuarakan langsung aspirasinya di kantor DPRD Mamuju 4 Juli 2025, tidak seorang pun dari mereka yang berani menemui kami. Kewajiban untuk hadir sebagai wakil rakyat justru diabaikan. Alih-alih diterima secara baik, kami justru dipulangkan dengan tangan kosong tanpa solusi,” tutur Rozy.
Ia menantang Alfais Muhammad untuk hadir dan berbicara langsung di hadapan para demonstran, bukan hanya berkomentar dari media.
“Kami ingin mengingatkan kepada Alfais Muhammad, Wakil Ketua DPRD Mamuju, bahwa yang dipertanyakan bukan seberapa paham anda tentang sistem, tetapi seberapa serius anda menjalankan amanah konstitusi untuk memenuhi hak-hak dasar rakyat yang anda wakili. Jangan berlindung di balik dalih sistem yang anda sendiri tidak mampu hadirkan solusinya,” ujarnya dengan nada geram.
Gerakan Vendetta memastikan akan terus mengawal perjuangan pelajar Karampuang hingga ada kepastian dan realisasi nyata atas tuntutan tersebut.
“Kami akan menduduki kantor DPRD Mamuju dan berharap si Alfais Muhammad hadir dan berbicara di hadapan demonstran,” tutup Rozy.