MAMUJU – Proyek Rumah Susun (Rusun) untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) di Mamuju, Sulawesi Barat, kembali mencoreng wajah pembangunan nasional. Meski dibangun dengan anggaran fantastis sebesar Rp67,5 miliar dari APBN, rusun megah ini justru mengalami kerusakan sebelum sempat dihuni.
Bangunan yang berdiri di belakang Kantor KPU Mamuju, BTN Granusa, diketahui mengalami kerusakan serius di bagian plafon lantai 3. Parahnya, plafon runtuh di area balkon, padahal proyek belum resmi diserahterimakan kepada Pemkab Mamuju.
“Belum ditempati, tapi plafonnya sudah ambrol. Info yang kami terima, listrik dan air juga sudah diputus oleh PLN dan PDAM,” ujar sumber media yang enggan disebutkan namanya, Rabu (11/6/2025).
Sumber tersebut menduga kuat bahwa kerusakan disebabkan oleh penggunaan material yang tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Ini menimbulkan spekulasi adanya indikasi pelanggaran teknis dan lemahnya pengawasan proyek bernilai miliaran rupiah ini.
Lebih ironis lagi, akses ke lokasi rusun dijaga ketat. Tim media yang mencoba meliput dilarang masuk, bahkan untuk sekadar mengambil dokumentasi visual. Sikap tertutup ini semakin memicu tanda tanya besar publik soal transparansi proyek.
Dikonfirmasi secara terpisah, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Syahrir, mengakui proyek masih berada dalam masa tanggung jawab pihak rekanan.
“Kalau ada kerusakan, rekanan wajib memperbaiki. Nanti saya hubungi mereka,” ujarnya singkat.
Proyek ini sendiri dikerjakan oleh PT Permata Arta KSO dan berada di bawah pengawasan Satker Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim). Meski telah rampung secara administratif, kenyataan rusaknya infrastruktur ini sebelum pemanfaatan menjadi pukulan telak terhadap integritas pembangunan yang didanai negara.
Dengan anggaran sebesar Rp67,5 miliar, publik kini menanti langkah tegas, audit menyeluruh, dan transparansi dari pihak terkait untuk memastikan proyek sejenis tidak kembali merugikan negara dan masyarakat.