SIDOARJO — Upaya pencarian korban runtuhan Mushola Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, kini memasuki fase baru. Memasuki hari keempat, tim SAR gabungan bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mulai menurunkan alat berat setelah masa golden time pencarian dinyatakan berakhir.
Kepala BNPB, Letnan Jenderal TNI Suhariyanto, menjelaskan bahwa hingga Kamis (2/1/2025) pagi, sebanyak 108 korban berhasil dievakuasi. Dari jumlah tersebut, lima orang dinyatakan meninggal dunia, sementara 59 orang lainnya masih dilaporkan hilang berdasarkan data keluarga.
“Sejak awal kami sudah menggunakan teknologi seperti drone thermal, wall scanner Xaver 400, hingga flexible search cam. Namun hasilnya tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Setelah berdiskusi dengan pihak keluarga, akhirnya diputuskan evakuasi dilanjutkan menggunakan alat berat,” ujar Suhariyanto.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, menegaskan pemerintah sejak hari pertama telah mengerahkan seluruh sumber daya untuk menangani bencana ini. “Basarnas, BNPB, TNI, Polri, serta berbagai instansi di Jawa Timur bekerja ekstra hati-hati agar korban bisa ditemukan secepat mungkin,” katanya dalam konferensi pers.
Ia menambahkan, keputusan penggunaan alat berat dilakukan secara musyawarah dengan keluarga korban. “Kami ingin memastikan proses evakuasi tetap penuh kehati-hatian dan penghormatan. Harapan kita, semua korban segera ditemukan meski sebagian dalam kondisi meninggal dunia,” imbuhnya.
Sebelum crane diturunkan, pihak keluarga menandatangani berita acara persetujuan bersama BNPB dan tim SAR. Langkah ini diambil agar proses evakuasi berjalan dengan restu keluarga serta menghindari konflik di kemudian hari.
“Tidak ada keluarga yang meminta pencarian manual dilanjutkan. Mereka setuju evakuasi menggunakan alat berat agar jenazah dapat segera ditemukan dan dimakamkan sesuai keyakinan masing-masing,” terang Suhariyanto.
Sekitar pukul 11.30 WIB, evakuasi dengan alat berat dimulai. Sedikitnya lima unit crane dikerahkan di tiga titik utama reruntuhan.
Kasubdit RPDO Basarnas, Emi Freezer, menjelaskan penggunaan crane dilakukan berdasarkan hasil asesmen di lapangan. “Alat berat dioperasikan bergantian untuk mempercepat proses tanpa mengabaikan keselamatan,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari. Evaluasi akan dilakukan untuk menentukan apakah operasi evakuasi perlu diperpanjang atau dihentikan.
Dengan berakhirnya masa golden time, fokus operasi kini bergeser pada evakuasi korban menggunakan alat berat. Tim gabungan yang terdiri dari BNPB, Basarnas, TNI, Polri, dan relawan terus berupaya menyingkirkan puing-puing Mushola Al-Khoziny hingga seluruh korban dapat ditemukan sesuai data keluarga.