Portal JatimTips & Edukasi

Mengenal Candi Jedong, Situs Sejarah Majapahit di Lereng Gunung Penanggungan

Redaksi
×

Mengenal Candi Jedong, Situs Sejarah Majapahit di Lereng Gunung Penanggungan

Sebarkan artikel ini

MOJOKERTO — Candi Jedong, yang terletak di Kelurahan Wotanmas Jedong, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, merupakan salah satu situs bersejarah yang kaya akan nilai budaya.

Situs ini berada di tengah permukiman, dengan batasan lingkungan berupa pekarangan dan permukiman di sebelah utara, perladangan di sebelah selatan dan barat, serta jalan desa di sebelah timur.

Sebagai bagian dari warisan sejarah, Candi Jedong memiliki keistimewaan tersendiri. Di lokasi ini, para sarjana epigrafi berhasil menemukan 12 prasasti yang kemudian dinamakan Prasasti Jedong I–IX.

Prasasti-prasasti ini memuat data pertanggalan dari abad ke-15, menunjukkan bahwa situs ini telah ada sejak masa pemerintahan Belitung dari Mataram Kuno hingga Girisawardhana dari Majapahit.

Candi Jedong merupakan kompleks percandian yang mencakup beberapa gapura. Menurut laporan dari tahun 1917, di situs ini dulunya terdapat tiga gapura.

Selain itu Satu gapura terbuat dari bata dan dua lainnya dari batu andesit. Gapura bata terletak paling utara dengan poros utara-selatan.

Gapura ini, terdapat pahatan angka 1298 Saka (1376 Masehi). Sayangnya, gapura ini kini sudah tidak ada lagi, namun di dekatnya ditemukan sebuah batu besar yang merupakan bagian dari bangunan dengan pahatan angka tahun yang sama.

Dua gapura lainnya berporos timur-barat dan terletak di tepi barat teras tanah. Gapura di bagian utara memiliki denah persegi dengan panjang 6,86 meter, lebar 3,4 meter, dan tinggi yang masih tersisa mencapai 7,19 meter. Kaki gapura dihias dengan panil-panil tanpa relief, sementara bagian tengah tubuhnya dihias dengan sabuk berornamen kala yang distilir dan flora.

Di bagian atas pintu gapura terdapat pahatan berbentuk kepala kala, dan atapnya berbentuk piramida bertingkat, di mana setiap tingkatnya dibatasi oleh deretan menara sebanyak 16 buah. Kondisi atap gapura ini mengalami kerusakan, sehingga kini hanya tersisa dua tingkat, dengan batu penutup rongga atap yang dihias ornamen surya.

Baca Juga:
Borobudur Night Carnaval 2025 Semarakkan Malam di Kawasan Candi

Gapura selatan candi memiliki denah persegi panjang dengan panjang 12,51 meter, lebar 5,19 meter, dan tinggi mencapai 9,75 meter. Gaya arsitektur gapura ini mirip dengan gapura utara, namun memiliki sayap dan pahatan kepala kala di setiap sisi tubuh bagian atasnya.

Bagian dalam atap gapura ini berongga, namun sayangnya atap bangunan ini juga mengalami kerusakan, sehingga batu penutup rongga atap tidak ditemukan dan struktur vertikalnya kini hanya tersisa tiga tingkat. Pada ambang atas pintu sisi barat gapura, terdapat prasasti Candrasengkala yang berbunyi “brahmana-nora-kaya-bhumi,” yang merujuk pada tahun 1307 Saka atau 1385 Masehi.