YOGYAKARTA – Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI) Daerah Istimewa Yogyakarta menggagas pertemuan para tokoh yang dikabarkan maju dengan pemilih muda. kegiatan ini dimaksudkan mewujudkan proses pemilihan dalam Pilkada Serentak Kota Yogyakarta 2024 berjalan sukses dan menghasilkan pemimpin yang diinginkan.
Melalui diskusi berbasis literasi “Menyikapi Dinamika Pilkada 2024, Menuju Pemerintahan Berkualitas dan Inklusif” kegiatan ini dilangsungkan di Mergangsan, Yogyakarta dan merupakan kolaborasi dengan Nyala Litera Indonesia.
Dalam siaran persnya, Senin (29/7/2024), Ketua Nyala Literasi Indonesia Ardha Kusuma mengundang anggota DPD RI Afnan Hadikusumo, mantan Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, Anggota Komisi B DPRD Kota Yogyakarta Krisma Eka Putra, Politikus Partai Nasdem Sri Widya Supeno dan dosen sekaligus pengusaha, Ariyanto.
Ardha menyebutkan mereka itu adalah nama-nama yang selama disanterkan bakal maju dalam gelaran Pilkada Kota Yogyakarta nantinya. “Melalui pertemuan ini, kami pemilih dan calon yang akan dipilih bisa menambah wawasan mengenai dinamika politik Kota Yogyakarta,” katanya.
Di ajang ini, Ia juga mengatakan pemilih muda bisa melihat langsung sosok-sosok yang ingin membangun Kota Yogyakarta dan kepada para tokoh yang hadir, jika memang memastikan
maju ke Pilkada. Diharapkan acara ini memberi gambaran bagaimana berkampanye berkualitas dan berintegritas.
Kehadiran para tokoh-tokoh yang hendak maju di Pilkada Kota Yogyakarta, akan langsung memberi pemikiran, gambaran dari calon pemimpin sehingga tidak termakan politik uang.
“Kami menginginkan forum ini terus berlanjut sebagai bentuk pendidikan politik. Baik dari kalangan pemilih muda, tetapi juga kandidat dan parpol agar proses Pilkada berjalan lancar,” katanya.
Pembicara Utama Titok Hariyanto melihat kehadiran pemimpin dalam menyelesaikan berbagai persoalan sehari-hari warga Kota Yogyakarta sangatlah penting.
“Persoalan sehari-hari warga ini harus diangkat ke panggung yang lebih tinggi. Selama ini pendekatan pembangunan berbasis konsultasi bukan dari pendekatan kekeluargaan sehingga kadang miskin kedaulatan,” katanya.
Saat diberi kesempatan, Afnan mengungkapkan, permasalahan di Kota Yogyakarta meliputi banyak hal.
“Tapi kami pelayan masyarakat bukan kepala daerah, yang penting gagasan hanya 10 persen yang 90 persen aspirasi masyarakat. Sehingga kita harus bergerak membuat program bersama dengan masyarakat,” ucapnya.
Heroe Poerwadi menyebut Kota Yogyakarta begitu dinamisnya pergerakan warganya. Dimana 400 ribu warga beraktivitas malam hari, di siang menjadi 1,2 juta karena predikat pusat ekonomi.
“Kota Yogyakarta ini untuk semua, kami ingin siapa pun yang datang menjadi sumber untuk kesejahteraan masyarakat Kota Yogyakarta. Jangan sampai masyarakat tidak bisa mendapat kue yang begitu besar,” ucapnya.
Sehingga penguatan untuk warga Kota Yogyakarta sangat penting dimana kebijakan afirmasi seperti pemberdayaan perempuan, difabel, anak dan sebagainya harus diprioritaskan. (bams)