KOTA MALANG – Setelah sempat mendapat apresiasi dari Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto atas keberhasilan Desa Tajinan, Kabupaten Malang membentuk Koperasi Merah Putih, kini muncul suara kritis dari Antok, salah satu pemuda desa, yang mempertanyakan proses pemilihan pengurus dan minimnya sosialisasi kepada masyarakat. Selasa (06/05/2025)
Antok, warga Jl. Mangga No. 01, Desa Tajinan, secara langsung menyampaikan kritikannya. Pria berusia 41 tahun itu menilai, pembentukan pengurus Koperasi Merah Putih tidak sesuai dengan aturan yang lazim berlaku di lingkungan desa.
“Saat ini, yang menjabat sebagai ketua koperasi Merah Putih juga merupakan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Proses pemilihannya tidak melalui Musyawarah Desa (Musdes). Padahal, baik aturan tertulis maupun tidak tertulis di desa seharusnya dijunjung tinggi dan dilaksanakan,” ujarnya.
Ia juga menilai pendirian koperasi tersebut terkesan dipaksakan dan minim sosialisasi. Menurutnya, hal ini seolah mencerminkan bahwa desa kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan mengabaikan potensi pemuda setempat.
“Terus terang saya baru tahu kalau koperasi Merah Putih sudah berdiri di desa ini. Saat saya tanyakan ke beberapa warga, mereka juga tidak tahu-menahu tentang koperasi itu, bahkan bagaimana cara menjadi anggotanya pun tidak ada yang tahu. Seharusnya, pemuda dilibatkan, SDM yang ada dioptimalkan,” ungkapnya.
Sebagai relawan ambulans, Antok menyebut kritik yang ia sampaikan lahir dari rasa kepedulian terhadap desanya.
“Prinsip musyawarah mufakat dan transparansi seharusnya dijunjung tinggi dalam pendirian Koperasi Merah Putih. Dengan begitu, seluruh warga bisa memahami, ikut mengawasi, dan berpartisipasi sebagai anggota koperasi ini,” tegasnya.
