Di era digital saat ini, penggunaan gawai (gadget) oleh remaja telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dari kegiatan belajar daring hingga hiburan seperti bermain gim dan menjelajah media sosial, mayoritas aktivitas dilakukan dalam posisi duduk dalam waktu yang lama. Meski terlihat wajar, kebiasaan ini ternyata menyimpan risiko kesehatan serius yang kerap diabaikan, salah satunya adalah saraf kejepit di usia muda.
Selama ini, saraf kejepit (dalam istilah medis dikenal sebagai Herniated Nucleus Pulposus atau HNP) identik dengan masalah kesehatan pada kelompok usia dewasa atau lanjut usia. Namun, berdasarkan tren terbaru, jumlah kasus saraf kejepit pada remaja menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Perubahan gaya hidup yang semakin sedentari dan minim aktivitas fisik diyakini menjadi penyebab utama dari fenomena ini.
Saraf Kejepit: Apa dan Bagaimana Terjadinya?
Saraf kejepit terjadi ketika salah satu saraf di tubuh tertekan oleh jaringan di sekitarnya, seperti otot, tulang, ligamen, atau bantalan tulang belakang (diskus intervertebralis). Tekanan ini bisa menimbulkan gejala seperti nyeri tajam, kesemutan, hingga mati rasa yang menjalar ke anggota tubuh lain, tergantung pada lokasi saraf yang terjepit.
Pada remaja, kondisi ini umumnya terjadi di area leher (servikal) atau punggung bawah (lumbar). Salah satu pemicu utamanya adalah postur tubuh yang buruk dan penggunaan gadget secara berlebihan dalam posisi duduk statis dalam jangka waktu lama.
Mengapa Remaja Semakin Rentan?
Menurut Dr. Asrafi Rizki Gatam, SpOT(K), spesialis ortopedi tulang belakang dari Eka Hospital BSD, kebiasaan remaja masa kini yang minim gerak dan terlalu bergantung pada teknologi menjadi faktor pemicu utama. Dikutip dari CNN Indonesia pada 30 Juli 2025, beliau menjelaskan bahwa kurangnya aktivitas fisik menyebabkan otot-otot penyangga tulang belakang melemah dan mudah mengalami tekanan, sehingga saraf lebih rentan terjepit.
Berikut ini beberapa kebiasaan yang terlihat sepele namun berisiko tinggi menyebabkan saraf kejepit pada remaja:
1. Duduk Terlalu Lama di Depan Gadget
Kegiatan seperti belajar daring, bermain gim, atau menjelajah media sosial dapat membuat remaja duduk berjam-jam tanpa jeda. Posisi duduk statis dalam waktu lama memberikan tekanan berlebih pada tulang belakang, terutama di area lumbar. Tekanan ini dapat menyebabkan bantalan antartulang menonjol keluar dan menjepit saraf.
Solusi: Biasakan jeda setiap 30–60 menit untuk berdiri, berjalan ringan, atau melakukan peregangan otot punggung dan leher.
2. Postur Duduk yang Salah
Postur tubuh memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan tulang belakang. Duduk membungkuk atau bersandar terlalu ke depan saat menatap layar ponsel adalah kebiasaan yang sangat umum. Posisi seperti ini menyebabkan beban tidak merata di sepanjang tulang belakang dan menambah tekanan pada diskus tulang belakang.
Solusi: Gunakan kursi ergonomis, posisikan layar sejajar dengan mata, dan duduk dengan punggung tegak serta bahu relaks.
3. Kurang Aktivitas Fisik
Gaya hidup sedentari atau minim gerak telah menjadi masalah global, terutama di kalangan remaja perkotaan. Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan otot-otot tubuh melemah, termasuk otot inti dan penyangga tulang belakang. Tanpa kekuatan otot yang cukup, tulang belakang tidak memiliki dukungan yang optimal dan lebih rentan terhadap tekanan.
Solusi: Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, seperti berjalan kaki, berenang, yoga, atau latihan kekuatan otot punggung dan perut.
4. Olahraga Berlebihan Tanpa Teknik yang Benar
Ironisnya, tidak sedikit remaja yang aktif secara fisik justru mengalami cedera akibat teknik olahraga yang salah. Gerakan ekstrem seperti angkat beban tanpa pelatih, melakukan stretching tanpa pemanasan, atau berlari di permukaan keras dengan sepatu yang tidak sesuai bisa memicu cedera tulang belakang dan menjepit saraf.
Solusi: Pastikan melakukan pemanasan sebelum berolahraga, gunakan teknik yang benar, dan konsultasikan program latihan dengan pelatih berpengalaman.
Pencegahan Saraf Kejepit Sejak Usia Dini
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, apalagi untuk kondisi seperti saraf kejepit yang bisa sangat mengganggu kualitas hidup. Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat diterapkan oleh remaja dan orang tua:
Edukasi postur tubuh: Ajarkan pentingnya duduk dan berdiri dengan postur yang benar sejak usia dini.
Batasi waktu layar: Terapkan aturan penggunaan gadget dengan waktu terbatas dan diselingi dengan aktivitas fisik.
Rutin berolahraga: Dorong kebiasaan berolahraga sebagai bagian dari rutinitas harian.
Gunakan alat bantu ergonomis: Meja dan kursi belajar harus sesuai dengan tinggi badan anak, serta mendukung postur ideal.
Periksakan ke dokter jika muncul gejala: Nyeri menjalar, mati rasa, atau kesemutan yang tidak kunjung hilang harus segera ditangani oleh tenaga medis profesional.
Dampak Jangka Panjang Jika Dibiarkan
Jika tidak ditangani dengan tepat, saraf kejepit pada remaja bisa berkembang menjadi kondisi kronis yang mengganggu aktivitas harian dan prestasi akademik. Dalam kasus yang parah, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan otot permanen hingga kebutuhan operasi tulang belakang.
Bahkan setelah perawatan, proses pemulihan bisa memakan waktu lama dan mengharuskan remaja untuk menghindari aktivitas tertentu dalam jangka panjang. Oleh karena itu, kesadaran terhadap pentingnya menjaga postur tubuh dan gaya hidup aktif perlu ditanamkan sedini mungkin.
Penutup
Meskipun penggunaan gadget dan perubahan gaya hidup digital sulit dihindari, hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk mengabaikan kesehatan fisik. Saraf kejepit pada remaja bukan lagi mitos. Ini adalah kenyataan medis yang semakin sering ditemui di klinik dan rumah sakit. Oleh sebab itu, penting bagi remaja dan orang tua untuk lebih peduli terhadap kebiasaan kecil yang berdampak besar terhadap kesehatan tulang belakang.
Mulailah dengan perubahan sederhana, perbaiki postur duduk, batasi waktu layar, dan aktif bergerak setiap hari. Dengan langkah-langkah preventif yang tepat, risiko saraf kejepit di usia muda bisa dicegah dan masa depan generasi muda pun lebih sehat dan produktif.