Portal DIY

Sesaji Selaras Malioboro : Menghadirkan Kembali Kesakralan di Ruang Publik

Portal Indonesia
×

Sesaji Selaras Malioboro : Menghadirkan Kembali Kesakralan di Ruang Publik

Sebarkan artikel ini
Peletakan Sesaji Selaras Jagat di tengah Simpang Titik Nol, Yogyakarta (Ist)

YOGYAKARTA – Yayasan Taman Sesaji Nusantara bersama aparatur sipil negara dan jejaring lintas komunitas berkolaborasi membangun atmosfer Malioboro agar semakin selaras dengan identitas kebudayaan Yogyakarta.

Melalui kegiatan bertajuk “Sesaji Selaras Malioboro”, mereka berupaya menghidupkan kembali etika dan moral yang diwujudkan dalam simbol komunikasi nonverbal berupa sesaji.

Sesaji telah lama menjadi bagian penting dari tradisi masyarakat Yogyakarta maupun masyarakat kepulauan Asia Tenggara, yang memaknainya sebagai sesuatu yang keramat dan suci.

Ketua Harian Yayasan Taman Sesaji Nusantara, Arif Ndoroklentheng, menyampaikan bahwa saat ini penting untuk menghadirkan kembali Sesaji Selaras Jagat.

“Sesaji sebagai identitas kesakralan suatu tempat akan membangun etika, moral, dan sopan santun di ruang tersebut beserta situasi sosialnya,” ujarnya, Rabu (15/10)

Malioboro, sebagai jantung sosial, pariwisata, sekaligus simbol kedamaian dan identitas seni budaya Yogyakarta, dinilai menjadi tempat yang representatif untuk mengawali gerakan ini.

Ritual Selaras Jagat. Dari kiri : Adi Purnomo, Eko Hand, Hangno Hartono (Ist)

Budayawan Yogyakarta sekaligus Pembina Yayasan Taman Sesaji Nusantara, Hangno Hartono, menambahkan, “Ke depan, kegiatan ini perlu dikemas dan dirapikan lagi, misalnya dengan membentuk Bregodo Sesaji agar esensi sakralitasnya semakin terasa.”

Ritual Selaras Jagat dimulai di Titik Nol Kilometer Yogyakarta dengan prosesi peletakan Tumpeng Pancabhuta di empat penjuru arah (papat keblat, kalima pancer) serta Sekar Pramuditha.

Prosesi ini dipimpin oleh Ketua Umum Yayasan Taman Sesaji Nusantara, Eko Hand, dan dilanjutkan dengan penyalaan dupa serta kemenyan di sejumlah titik sepanjang Jalan Malioboro.

Selama ini, sesaji memang mudah dijumpai di berbagai titik keramat di Yogyakarta maupun wilayah Asia Tenggara. Melalui Sesaji Selaras Malioboro, tradisi keilmuan leluhur kembali dihadirkan di ruang publik—sebagai representasi kekuatan alam semesta untuk mewujudkan harapan dan keseimbangan hidup.

Baca Juga:
Lansia Terpeleset Masuk ke Sumur Diselamatkan Tim SAR Gabungan

Tradisi ini juga mengandung nilai moral, di mana puja dan sepata (doa dan kutukan) menjadi simbol pengingat:
mereka yang berniat baik akan memperoleh kebahagiaan, sementara yang berbuat buruk akan menuai tulah. (ek/trs)