Portal DIY

Siswa SMKI Yogyakarta Albatron Putra Cahaya Geluti Kerajinan Pecut di Sleman FC

Portal Indonesia
×

Siswa SMKI Yogyakarta Albatron Putra Cahaya Geluti Kerajinan Pecut di Sleman FC

Sebarkan artikel ini
Albatron Putra Cahaya (Portal Indonesia/Brd)

SLEMAN – Bergelut dengan kerajinan pecut atau cambuk bagi remaja bernama Albatron Putra Cahaya (16) menjadi sesuatu hal yang menantang. Meski kerajinan rakyat tersebut belum begitu tersentuh teknologi dan pasarnya pun masih tradisional namun dirinya tetap konsisten menekuninya.

Sejak kelas 1 di tingkat SMP, warga Dusun Dero Kulon RT 05/RW10 Kalurahan Harjobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman mulai tertarik membuat kerajinan rumahan
ini. Keahliannya didapatkan secara otodidak.

“Dulu awalnya saya membuat pecut dengan model ikat, sekarang sudah dibuat model rajutan. Saya dapatkan pengetahuan soal pecut melalui sosial media, seperti YouTube, Tiktok dan lain-lain,” ujar remaja yang akrab disapa Putra ini.

Seakan sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari, siswa Kelas 1 SMKN 1 Kasihan (SMKI Yogyakarta) jurusan Karawitan ini makin bersemangat mengembangkan kerajinan ini, apalagi bahan-bahannya mudah didapatkan baik di toko-toko terdekat maupun via online.

“Untuk membuat kerajinan pecut kuda kita butuhkan bahan-bahan antara lain kain, bambu, serat nanas, rafia, lakban. Selama ini saya tidak kesulitan mendapatkan bahan bahan tersebut, “ungkapnya.

Untuk mengoptimalkan hasil pekerjaannya, ia membekali diri dengan sejumlah peralatan tukang seperti gergaji ukir, bor, grider atau alat pahat sederhana. Hasil kreasinya dilempar ke pasar seharga Rp 100.000 hingga Rp 600.000 per biji.

Pecut hasil karya Albatron Putra Cahaya

“Kalau soal harga, itu tergantung ukuran dan tingkat kesulitan di pengerjaannya,”sebutnya.

Ihwal pemasaran, saat ini masih mengandalkan penjualan online, pemesan tak hanya dari lingkungan terdekat, namun sudah merambah ke luar kota hingga luar pulau.

Selain sebagai hasil karya seni, kreasi ini kerap dipakai dalam pertunjukan kuda lumping (jatilan), dipajang dan dekorasi rumah untuk interior hotel serta kafe.

” Penjualan lebih banyak kami lakukan melalui jejaring dan sosmed,”sambungnya. Ia juga berharap pemerintah memperhatikan pelaku-pelaku seni ini.

Baca Juga:
HIPMI Sleman Bertekad Ikut Majukan Olahraga di Sleman

Untuk diketahui, Pecut, dalam konteks budaya Jawa, memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Ia tidak hanya sekadar alat pukul, tetapi juga sering dikaitkan dengan cerita rakyat, mitos, dan seni pertunjukan.

Ada dua cerita utama yang menonjol: Pecut Samandiman yang terkenal dari Ponorogo dan Blitar, serta tari pecut yang merupakan bagian dari tradisi di Madura dan daerah lain. (Brd)