SIDOARJO — Candi Kedung Keras, yang terletak di Desa Tulangan, Kecamatan Tulangan, membutuhkan perhatian serius dari pemerintah terkait pelestarian dan pengembangannya. Candi yang berada di tengah TKD (Tanah Kas Desa) ini memiliki akses jalan yang cukup lebar, namun belum mendapatkan perhatian maksimal dari pihak berwenang.
Menurut Juru Pelihara Candi Kedung Keras, Dul Manan (48), pada Kamis (13/06/2024), candi ini awalnya dianggap sebagai punden (tempat pemujaan leluhur) oleh masyarakat dan digunakan untuk acara ruwat desa. Pada bulan Juni 2022, usai gelaran ruwat desa, warga melakukan bersih-bersih rumput liar dan menemukan batu bata kuno dengan ukuran yang tidak biasa.
“Warga meyakini ada temuan batu bata kuno dan akhirnya terus menggali di beberapa titik,” jelas Dul Manan.
“Ternyata, mereka menemukan bentuk struktur bangunan seperti candi dengan panjang dan lebar 5 meter, serta terdapat sumur di tengahnya.”
Selain struktur bangunan candi, ditemukan pula arca Mahakala yang terbuat dari batu andesit dengan ukuran 40 cm, pripih berbentuk kura-kura emas, kepala naga, dan laba-laba. Candi ini diyakini difungsikan sebagai tempat pemujaan dan dibuat pada era Kerajaan Majapahit.
Menurut Dul Manan, terdapat fenomena aneh yang terjadi setiap malam Kamis Legi. Sumur yang ada di tengah candi akan bergolak dan airnya meningkat, diiringi dengan datangnya seorang perempuan cantik dengan kereta kencana yang mengunjungi candi. Sosok tersebut diyakini sebagai Dewi Lanjar.
Saat ini, Candi Kedung Keras banyak dikunjungi oleh pelajar dan mahasiswa untuk belajar sejarah, serta pengunjung spiritual dan dari aliran kepercayaan Kejawen. Pengunjung dari Thailand dan Singapura pun tak jarang datang untuk melihat candi ini.
Dul Manan berharap situs candi ini dapat mendapat perhatian dari pemerintah, baik dalam hal pemeliharaan maupun perawatan, sehingga bisa menjadi wisata budaya dan edukasi bagi masyarakat.