PASURUAN – Rasa kecewa mendalam disampaikan oleh Ayi Suhaya, Wakil Gubernur LSM LIRA Jawa Timur, saat menghadiri pembukaan acara Nguri-Uri Budoyo yang digelar oleh LSM M-BARA di lapangan Bong Mancilan, Kelurahan Pohjentrek, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan pada Kamis, 22 Mei 2025.
Menurut Ayi, panitia acara telah mengundang sejumlah pejabat penting seperti Wali Kota Pasuruan, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Camat Purworejo, serta Lurah Pohjentrek. Namun, tak satu pun dari mereka—bahkan perwakilannya—yang hadir di momen pembukaan.
“Saya tanya langsung ke panitia siapa saja yang diundang, ternyata semua unsur pemerintahan sudah diundang. Tapi yang sangat disayangkan, tidak ada yang datang atau sekadar mengonfirmasi,” ungkap Ayi dengan nada kecewa.
Sebagai pemerhati budaya, Ayi merasa prihatin dengan minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap pelestarian budaya lokal.
“Saya ini lahir dan besar di lingkungan yang menjunjung tinggi budaya. Kita ini hidup dari warisan leluhur. Kalau pemimpin hari ini cuek, bagaimana nasib budaya kita ke depan?” tegas Ayi.
Acara Nguri-Uri Budoyo sendiri merupakan kegiatan tahunan yang bertujuan menjaga dan melestarikan kearifan lokal, serta mempererat hubungan sosial antarwarga. Ayi menilai, ketidakhadiran pejabat menunjukkan lemahnya komitmen terhadap pelestarian nilai-nilai budaya.
Ia pun berharap agar para pemimpin di Kota Pasuruan bisa lebih membaur dan mendengarkan suara rakyat.
“Kalau diundang warga, datanglah. Jangan cuma datang-duduk-duwek. Seorang pemimpin itu harus hadir dan mengayomi, karena mereka digaji dari uang rakyat,” tandasnya.
Kekecewaan serupa juga dirasakan oleh Saiful Arif, Ketua Umum LSM M-BARA, selaku penggagas acara. Menurutnya, kehadiran pejabat penting bisa memberi semangat bagi para pelaku UMKM dan masyarakat sekitar yang turut meramaikan acara.
“Acara ini sangat berdampak bagi ekonomi warga. Tapi mengapa dari eksekutif sama sekali tak ada yang datang? Padahal kalaupun sibuk, bisa diwakilkan. Ini soal penghargaan terhadap masyarakat,” keluh Saiful.
Acara Nguri-Uri Budoyo tetap berlangsung meriah meskipun tanpa kehadiran pejabat daerah, menunjukkan bahwa semangat masyarakat dalam menjaga budaya tetap menyala, meski perhatian dari atas belum sepenuhnya terasa.