Portal DIY

Walikota Hasto Pilih Jalan Gotong Royong Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat

Portal Indonesia
×

Walikota Hasto Pilih Jalan Gotong Royong Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat

Sebarkan artikel ini
Walikota Yogyakarta Hasto Wardoyo saat tampil dalam seminar kebangsaan Peringatan Bulan Bung Karno (Ist)

 

YOGYAKARTA – Walikota Yogyakarta Hasto Wardoyo berbagi pilihan strategi dalam kepemimpinan yaitu menggelorakan semangat gotong royong dalam membangun daerah. “Kerja gotong royong adalah implementasi nilai Pancasila yang menjadi dasar ideologi membangun Yogyakarta,” ujar Hasto Wardoyo dalam Seminar Kebangsaan Praktek Pancasila dan Konstitusi Dalam Pembamgunan yang diselenggarakan DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta, Minggu (6/7/2025).

Menurutnya ada program quick win, 100 hari perubahan. “Paktek Pancasila kalau gotong royong tanpa pamrih itu yang kita jalankan. Kita bedah rumah tiap Minggu terus dijalankan. Bagaimana keikhlasan demi kepentingan orang lain, biasa hadir,” sebut Hasto.

Berideologi dalam program kebijakan kepemimpinan Hasto sebagai Walikota Yogyakarta disebutkan mendapatkan respon yang luar biasa. Langkah jalankan Pancasila in action, luar biasa. Apalagi dilandasi kegiatan yang dijalankam demi kemanusiaan.

Salah satu kesan mendalam dalam program bedah rumah tidak layak huni, saat berada di 300 meter dari RS Bethesda membangun kembali  rumah becek dan sempit, pemilik rumah kena leptopirosis, dengan dihuni oleh penggerobak dan anaknya.

“Bayangkan, itu lokasinya di tengah Yogyakarta, berada di kawasan sumbu filosofi hanya beberapa meter saja. Maka saya ingat pesan Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri, kata bounding atau selalu bersama rakyat  penting,” ujarnya.

Datang ke rumah, lanjutnya, hayati kemiskinan, lalu buat kebijakan praktek Pancasila dalam tindakan kebijakan pemerintah daerah.

Kondisi saat ini, kata Hasto, di Indonesia yang terjadi adalah patologi, ekonomi  dikuasai kapitalis kanan atas full, akumulasi modal rakyat dikirim ke segelintir orang, seperti dalam kasus Ojol, driver kalau sakit berobat BPJS.

Maka dirinya menginisiasi bagaimana 100 perubahan di Yogyakarta didasari dengan gotong royong. Termasuk upaya populerkan batik segoro amarto, dengan didoromg menjadi batik yang  diproduk warga Yogyakarta.

Baca Juga:
Bripka Aribat Ajak Warga Bungurasih Ubah Fasum Jadi Ladang Harapan

Yogyakarta sudah ditetapkan jadi kota batik dunia, maka harus ada produknya. “Masak beli di (pasar) Beringharjo batik dari Pekalongan, lalu kita bikinlah batik cap batik yang diproduksi manual. Jangan lagi beli batik print, beli lah batik cap produksi wong Yogya,” pinta Hasto.

Di program 100 hari kerja perubahan, Hasto  menekankan bagaimana  pelayanan publik cepat dan tumbuhkan ekonomi rakyat. Pengambilan kebijakan juga dipilih agar berbekas di benak rakyat.

Ia mengaku prihatin masih adanya manusia silver di perempatan jalan. Itu potensi kena kanket kulit demi dapat uang di jalan. Untuk itu anggota dewan diajak bantu mereka. “Nanti pas Wayang Jogja Night Carnival, manusia silver yang korbankan diri dijemur di matahari, tahi lalat kena cat akan jadi kanker kulit. Harus diedukasi, bagaimana nanti silver man, ditampilkan dengan lebih bermartabat,” harap Hasto.

Ketua DPC PDI Perjuangan Eko Suwanto menyatakan dalam skema tiga pilar, struktural partai jelas berikan dukungan program kerakyatan yang dijalankan pemerintah daerah.

“PR -nya. Kader harus bekerja keras dalam upaya membahagiakan hatinya rakyat, selalu hadir di tengah persoalan rakyat. Itulah modal meraih kepercayaan dan optimisme rakyat. Berkaitan hasil seminar kebangsaan akan kita buat buku agar terakses publik lebih luas,” kata Eko. (bams)