Berita

Warga Tubo Tolak Tambang Pasir, Sungai adalah Nafas Kehidupan

Redaksi
×

Warga Tubo Tolak Tambang Pasir, Sungai adalah Nafas Kehidupan

Sebarkan artikel ini

MAMUJU – Rencana eksploitasi pasir oleh PT Ba’ba Lembang Tuho (BLT) di Sungai Tubo, Kecamatan Tubo Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, memicu penolakan keras dari warga Desa Tubo dan Salutambung.

Mereka menilai proyek ini bukan upaya normalisasi, melainkan eksploitasi besar-besaran yang mengancam lingkungan dan mata pencaharian nelayan tradisional.

Warga menyuarakan kekhawatiran atas dampak jangka panjang: rusaknya ekosistem sungai, tercemarnya air, serta potensi abrasi pantai yang parah.

“Ini bukan soal izin tambang semata, ini soal hidup kami. Sungai ini warisan leluhur. Sekali rusak, tak akan kembali,” tegas Aco Nur Samsi, tokoh masyarakat sekaligus pendamping hukum warga, Minggu (18/5/2025).

Menurut Aco, perusahaan telah memasang plang di lokasi tanpa sosialisasi terbuka maupun kajian lingkungan yang transparan. Warga merasa dilangkahi dan dikorbankan demi kepentingan investor.

Warga mengingatkan bahwa wilayah yang akan ditambang merupakan area tangkap utama nelayan. Jika rusak, akan terjadi penurunan drastis populasi ikan dan dampak ekologis lain yang sulit dipulihkan.

Empat Tuntutan Warga

Sebagai bentuk perlawanan, warga menyampaikan empat tuntutan kepada pemerintah daerah:

  1. Menolak seluruh aktivitas tambang pasir PT BLT di Sungai Tubo.
  2. Mendesak Pemkab Majene dan Pemprov Sulbar untuk menghentikan proses izin WIUP.
  3. Meminta pencabutan status Sungai Tubo sebagai wilayah pertambangan.
  4. Menuntut pengakuan dan perlindungan terhadap wilayah tangkap nelayan tradisional.

“Perjuangan ini bukan cuma untuk hari ini, tapi demi anak cucu. Mereka berhak atas sungai yang lestari,” kata Aco.

Penolakan juga didorong oleh pengalaman pahit sebelumnya. Rudi Hartono, warga lainnya, mengungkapkan bahwa dua perusahaan terdahulu PT Karya Mandala Putera dan PT Tri Tunggal Utama pernah melakukan penambangan serupa yang berujung pada bencana.

“Banjir besar menghanyutkan 22 rumah. Itu bukan musibah biasa, itu akibat tambang merusak alam,” ujar Rudi. “Kami korban, bukan pembuat cerita.”

Warga menegaskan bahwa mereka akan terus bersuara, menjaga Sungai Tubo sebagai nadi kehidupan dan identitas budaya mereka.

Baca Juga:
Ratusan Relawan Nias (RENIS) Silaturahmi dan Deklarasi Dukung Paslon Rudi-Rafiq dan NADI